Showing posts with label Cerpen. Show all posts
Showing posts with label Cerpen. Show all posts

Friday, January 1, 2016

Cerpen Islami Menyentuh Hati Terbaru 2017

Cerpen Islami Menyentuh Hati Terbaru 2017

Cerpen Islami Menyentuh Hati Terbaru 2017 - Sahabat Pena , setelah kemarin admin informasikan mengenai dongeng sebelum tidur dan pada kesempatan kali ini admin mau berbagi informasi mengenai Cerpen islami yang mana Cerpen adalah jenis karya sastra yang diparkan atau dijelaskan dalam bentuk tulisan yang berwujud sebuah cerita atau kisah secara pendek, jelas, serta ringkas. Cerpen bisa disebut juga dengan sebuah prosa fiksi yang isinya tentang pengisahan yang hanya terfokus pada satu konflik atau permasalahan.

Cerpen Islami

 Cerpen Islami : Tangis Untuk Mu

Malam ini aku terbangun dari tidurku begitu cepat. Dan saat ku lihat waktu masih menunjukkan pukul 2 dini hari. Aku mendengar suara tangisan yang aku tak tau tangisan siapa itu.

"Siapa yang menangis malam-malam seperti ini?" lirihku.

Akupun beranjak dari tempat tidurku untuk mencari sumber tangisan itu. Dan langkahku terhenti ketika aku melewati lemari pakaiannku. Suara tangisan itu terdengar semakin dekat dan jelas. Awalnya aku sempat takut, namun rasa penasaran ini mengalahkan rasa takutku. Akhirnya ku memberanikan diri untuk membuka lemari itu. Dan ternyata tak ada sesuatu yang aneh disana, yang kudapati hanya pakaian-pakaianku yang tertata rapi. Namun tangisan itu semakin dekat dan semakin dekat. Hal itu yang membuatku terus mencari sumber tangisan itu dengan membongkar semua pakaianku. Pencarianku terhenti ketika ku temukan sebuah jilbab di hadapanku.

Ternyata jilbab itu yang menangis. Sungguh aku tak percaya dengan apa yang aku alami saat ini. Tapi memang benar jilbab itu yang manangis. Tak berapa lama setelah ia menagis, jilbab itu mulai mengatakan sesuatu.

“YaAllah YaTuhanku… sungguh aku bersyukur Kau mentakdirkan aku menjadi sesuatu yang Kau wajibkan bagi HambaMu, sehingga aku selalu menjadi yang berharga dan terpenting untuk mereka. Tapi tidak untuk kali ini Robb.. aku yang Kau wajibkan ini tak berharga di matanya, aku yang Kau wajibkan ini menjadi barang yang tak berguna untuknya. Aku tak pernah ia kenakan lagi Robbi.. Aku telah menjadi sejarah untuknya. Ampuni dia yaAllah, berikanlah ia hidahayahMu, sadarkan ia, jadikan ia mengerti akan kewajibanku untuknya…”

Aku yang saat itu masih berdiri di lemari yang terbuka dan dihadapan jilbab yang sedang bermunajah kepada Robb-nya hanya bisa menangis dan menyesali semua itu. Kusadari akan kelalaian kewajibanku. Aku hanya memakainya dikala waktu-waktu tertentu. Oh Robb.. ampuni aku

Tak berapa lama, aku kembali mendengar suara sesuatu yang merintih. Namun kali ini bukan lagi berasal dari jilbab yang tadi dihadapanku. Melaikan dari Al-Qur’an yang tersimpan rapi di rak bukuku.

“Ilahi.. mungkin diantara ciptaanMu aku adalah ciptaanMu yang paling suci. Benda yang selalu diagung-agungkan oleh hambaMu, sesuatu yang berisi semua firman-firmanMu , sesuatu yang dijadikan pedoman bagi semua ciptaanMu, yang jika dilantunkan hati ini menjadi tenang karnaMu. Ilahi.. sungguh aku bahagia akan takdirMu ini. Namun Ilahi, disini aku hanya menjadi buku biasa yang tak berharga. Aku hanya menjadi sesuatu yang tak bernilai. Aku telah lama disimpannya disini. Aku rindu ia yang dulu, ia yang setiap hari tak pernah melewatkan untuk melantunkan ayatMu dengan merdunya. Kini suara merdunya telah ia berikan untuk lagu-lagu yang sama sekali tidak mendekatkannya kepadaMu Ilahi. Kembalikan ia seperti dulu, maafkan kesalahannya wahai Sang Pengampun, serta berikanlah ia hidayahMu wahai Sang Pencerah”.

Setelah mendengar semua itu, tubuhku terkulai lemas. Rasanya tak sanggup lagi aku menopang tubuh ini. Dan akupun terjatuh dari tempatku berdiri. Tuhan.. sekali lagi ampuni hamba.
Selang beberapa detik. Telingaku kembali mendengar rintihan sesuatu.

‘Wahai Dzat yang menjanjikan ampunan, ampuni dia yang memilikiku. Dia yang yang selalu menyia-nyiakanku, dia yang hampir selalu menunda-nunda untuk memakaiku, menunda-nunda untuk menghadapMu. Robbi.. ampuni ia yang juga tak pernah ikhlas menjalankan kewajibanMu. Ia yang hanya mengingatMu dikala susah, dan ia yang melupakanMu di saat senang. Ampuni ia Ilahi..’
Rintihan itu trnyata dari mukenahku.

‘YaAllah.. untuk kesekian kalinya ampuni aku yang terlampau sering menunda-nunda waktu untuk berjumpa denganMu, dan ampuni aku yang yang tak pernah ikhlas menjalankan kewajibanku. Robb.. sungguh aku malu mendengar semua ini. Benda-benda ciptaanMu yang tak Kau beri akal dan hati semuanya tunduk kepadaMu. Sedangkan aku, aku yang Kau ciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, mahluk yang mempunyai akal, fikiran dan hati selalu ingkar dan lupa akanMu. Oh Ilahi.. kata maafpun rasanya tak pantas terucap dari bibir manusia yang penuh sekali dengan dosa untukMu yang tak pernah berhenti menberikan nikmat untukku. Namun hanya Engkau Tuhanku, hanya Engkau yang patut aku sembah, dan hanya kepadaMu aku memohon ampun. Ampuni hamba Robb..’

Dan lagi-lagi aku mendengar rintihan dan tangisan yang sangat dekat dengan telingaku. Dekat sekali. Ternyata rambut panjang yang menjadi icon kebanggaankulah yang menangis dan merintih.

‘Wahai yang Maha Agung. Aku bahagia telah menjadi mahkota untuk HambaMu. Aku telah mengindahkan rupa mereka atas izinMu. Tapi yaAllah.. sungguh aku malu menjadi mahkota wanita yang ini. Wanita yang mempertontonkan aku kepada siapa saja yang bukan muhkrim baginya. Dengan mudah dan begitu bangganya dia memamerkan keindahanku. Oh Robb.. sungguh aku malu, aku malu telah di pertontonkan, dan aku malu telah dipamerkan. Terbakar oleh api nerakaMu jauh lebih baik untukku dari pada aku terus dipermalukan olehnya. Ku mohon bakar aku robbi, bakar aku, bakar aku, bakar aku, bakar aku………….’
“TIDAK…………………….” Teriakku.
Aku terbangun dari tidurku.

“YaAllah ternyata semua itu hanya mimpi. Mimpi indah sekaligus mimpi buruk untukku. Indah karena Kau ingatkan aku. Buruk karena aku malu akan semua sikap-sikapku.”
Segera aku beranjak dari tempat tidurku untuk mengambil air wudhu dan mendirikan sholat malam yang hampir tak pernah aku dirikan.
Robbi..

Izinkan aku mengucap taubat kepadaMU
Izinkan aku memohon ampunanMU
Bantu aku untuk memenuhi segala kewajibku
Bantu aku untuk menjahui segala laranganMU
Serta bantu aku untuk tidak kembali ke jalan yang bukan RidhoMU
Ilahi..
Jadikan taubatku ini taubatan nasuhah
Dan jadikan hijrahku hijrah yang kaffah

Mentari Dibalik Jilbab

Aku adalah seorang cewek yang hidup di suatu daerah ang masyarakatnya masih sangat kolot pemikirannya, dan masih sedikit sekali akan pengetahuan agama Islam. Aku tahu kalao berjilbab wajib hukumnya bagi umat islam, tapi aku tak tahu bagaimana cara melakukan kewajiban itu, sedangkan keluarga dan biaya untuk membeli pakaian muslimah sangat tidak mendukung. Meski begitu aku selalu berharap suatu hari nanti Allah pasti memberi jalan kepadaku untuk melaksanakan kewajiban itu.

“Setiap saat aku menjalankan sholat, aku harus selalu mengenakan pakaian jilbab.” Bisiku dalam hati kecil, tapi segera aku sadar hatiku langsung berdetak “deg” dan wajahku mulai memerah, matakupun berkaca-kaca. Aku mulai teringat akan keadaanku yang tidak mungkin untuk membeli pakaian jilbab.

Orang tuaku bukanlah orang kaya, tetapi juga bukan orang yang melarat. Dan sebenarnya mereka mampu untuk membeli pakaian jilbab itu. Aku memaklumi hal itu karena orang tuaku bukanlah golongan orag santri yang mengerti tentang masalah agama, dapat digolongkan islamnya itu hanya islam KTP, sehingga kepentingan berjilbab seringkali mereka anggap sutu hal yang neko-neko.

Tapi aku selalu mencoba untuk bersabar, aku juga sering kali menceritakan keinginanku itu pada teman-temanku yang sudah berjilbab, tapi tidak juga mendapatkan jalan keluar. Aku anggap ini adalah cobaan bagiku dan aku harus bersabar.

3 Bulan telah berlalu, Temanku Neza mengatakan kepadaku kalau sekarang ada gerakan 1000 jilbab. Jadi anak-anak yang belum berjilbab akan mendapat bantuan dari anak remas. “Alhamdulillah” Ucapku dalam hati.

Lega rasa hatiku mendengar perkataan temanku Neza. Aku tidak begitu merasa malu mengingat jilbab merupakan kebutuhan, meskipun aku harus mendapatkanya dengan orang lain. Setelah aku menerima pakaian jilbab dari pihak remas, aku merasa sangat bahagia dan aku kira tak ada lagi cobaan yang berarti karna aku tinggal memakainya tanpa dipungut biaya sepeserpun. Tapi kenyataanya tak seindah yang kubayangkan. Ternyata mengenakan jilbab lebih berat cobaanya daripada mendapatkannya.

Cobaan yang datang dari berbagai pihak. Dari orang tua, kakak, adik, mereka selalu mencomoohku dengan berbagai kata-kata yang kasar dan kotor. Yang nggak pantas lah, dan berbagai macam penghinaan yang lain harus kuterima setiap waktu. Aahku juga sering mengatakan kalau aku bersikeras memakai jilbab, beliau tidak akan menyekolahkan dan tidak mengurusku lagi. Sementara ibuku yang paling kucintai ternyata berpendapat sama dengan ayahku.

“Dengarkan,, Kamu tidak akan mati meskipun kamu tidak pakai jilbab” bentak ibuku
“tapi bu....!!!”
“tidak tapi-tapian, lagipula kalo belum tahu dalilnya tidak usah berpakaian seperti itu. Tidak ada gunanya....!!! Sela kakakku yang juga sependapat dengan mereka.

Aku kecewa sekali mendengar perkataan mereka, aku hanya bisa menjawab dengan tangisan-tangisan yang tidak berarti bagi mereka. Seakan-akan aku tak punya siapa-siapa lagi didunia ini. Air mataku seakan tak pernah berhenti mengalir. Hanya saat sekolah dan mengaji lah hatiku bisa merasa tenang dan bahagia. Dan hanya satu anak lelaki yang mendukungku untuk memakai jilbab, namun dia berada jauh dariku. Dengan keadaan yang seperti itu aku tidak tahan lagi menghadapinya.

“sabar...sabar...mungkin itu memang cobaan yang harus kamu hadapi” Hibur Neza “iya... kamu harus kuat... kamu harus bersabar... karena membawa kebenaran ditengah kedzaliman itu amatlah mulia” Sela salah seorang teman yang selalu setia menemaniku.

“Walau sekejam-kejamnya orang tua pasti juga tidak akan membunuh anaknya sendiri” tambah Neza
Semua perkataan itu menbuatku tenang dan tentram apabila aku berada di rumah.

“apakah orang tuaku termasuk orang yang zalim ?” pikirku dalam hati yang selalu bertana-tanya.

Hari demi hari kulalui dengan bersabar meskipun ucapan-ucapan dan kurang baik dari keluargaku itu selalu membuat nafsu amarahku bangkit. Namun demikian aku selalu mencoba untuk menghibur diriku sendiri dalam menghadapi semua masalah yang ada.

Satu bulan aku telah berjilbab, aku merasa lega dan bangga pada diriku sendiri karena sejak saat itu aku mulai mengerti bahwa begitu bervariasinya hidup di dunia ini, penuh dengan tangis, canda, tawa, dan semuanya. Benar kata seorang pujangga yang menyatakan bahwa “dunia ini terasa seperti panggung sandiwara yang ceritanya mudah sekali untuk berubah”
sumber : www.gen22.net

Renungan Napas Yang Mereda


Jarum jam dinding yang melaju terdengar jelas di telingaku, detik demi detik berjalan begitu cepat. Lantunan ayat suci Al-Qu’ran yang terdengar dari arah timur sana membuat hati ini semakin tenteram dan damai. Ternyata terlihat seorang Kakek yang sedang menghafal ayat-ayat suci itu, badannya begitu bungkuk sedang berdiam diri di sebuah kursi yang sudah tua, dengan tak disangka-sangka Kakek itu sedang menghafal tanpa melihat bacaan sedikit pun. Inallilahi, ternyata dia tidak punya penglihatan sama sekali, sejak lahir dia sudah tidak bisa melihat dunia yang diciptakan Allah SWT ini.

Oh Tuhan, sungguh malang nasibnya, hidupnya tanpa ditemani oleh siapa-siapa. Istri Kakek itu telah meninggal sejak 1 tahun yang lalu, dan Kakek itu tidak mempunyai anak sama sekali. Kini dia hanya hidup sendiri tanpa dirawat oleh siapapun. Setiap hari Kakek itu selalu melantunkan ayat-ayat dengan begitu merdu, dia telah menjadi penghafal Al-Qur’an yang begitu hebat. Sudah hampir 10 juz yang telah dia hafalkan tanpa melihat itu. Sungguh luar biasa.

Dahulu si Kakek mempunyai anak angkat yang begitu saleh dan rajin sehingga Kakek itu bisa menjadi penghafal karena diajarkan oleh anak angkatnya itu, tetapi kini anak angkatnya itu sedang bekerja di Saudi Arabia bersama sang istri, dikarenakan mereka tidak pernah mendapatkan pekerjaan yang layak di kampung ini, jadi mereka memutuskan untuk pergi ke Saudi dan terpaksa harus meninggalkan Kakek demi mengejar pekerjaannya itu.

“mah, sore ini Fiya mau ke pesantren lebih awal yah? Soalnya hari ini Fiya bagian piket kelas.” ucapku sambil memakan gorengan di meja makan.
“iya Fiya, kalau begitu kamu tingal berangkat saja, sekarang Mamah mau pergi dulu ke warung.” Tembal Mamah.

Hari semakin sore dan aku pun bersiap untuk sekolah di pesantren Al-Hikmah yang tak jauh dari rumah. Memang setiap sore aku harus sekolah dan menimba ilmu di pesantren itu khususnya ilmu agama, biar agamaku semakin kuat dan tidak lemah, karena semakin hari menurutku dunia semakin kritis tingkat keagamaannya jadi aku takut banget kalau suatu hari nanti aku tidak punya bekal untuk ku bawa ke rumah Allah nanti.

“Assalamualaikum, selamat sore kek, kenapa gak dilanjutkan mengajinya kek? Fiya senang banget loh dengar Kakek mengaji, suaranya merdu banget.” Ucapku menghampiri Kakek yang terlihat sedang memegang Al-Qur’an.
“Waalaikumsalam, eh nak Fiya. Iya Kakek sedang menunggu waktu salat Ashar nih, jadi Kakek berhenti sejenak dulu. Fiya mau ke mana?” tanya Kakek.
“Fiya mau ke pesantren kek, kebetulan lihat Kakek di luar jadi Fiya mampir dulu ke sini deh.” jawab aku.
“oh iya iya, ya sudah Fiya berangkat saja ke pesantren nanti telat loh.” Sahut Kakek.
“iya kek, tapi bentar lagi aja deh, Fiya mau temenin Kakek dulu. Boleh?” tanyaku.
“oh, boleh.. tentu boleh dong.” tembal Kakek tersenyum.

“oh iya kek, Fiya boleh gak kalau belajar ngaji sama Kakek, soalnya Fiya seneng banget dengerin Kakek mengaji dengan lagam begitu?” tayaku malu.
“ya tentu saja boleh, dengan senang hati. Tapi memangnya Fiya gak belajar ngaji di pesantren?”
“belajar sih, cuma Fiya mau lebih lancar lagi baca dan menghafalnya, biar Fiya bisa kayak Kakek. Hehehe.” ucapku tertawa miris.
“siap deh, kalau begitu nanti setelah maghrib Fiya datang saja ke rumah Kakek yah.”
“oke kek, ya sudah Fiya berangkat dulu ya kek, Assalamualaikum kek.”

Suara Adzan Ashar telah bergema, aku harus cepat-cepat sampai ke pesantren sebelum terlambat, mana aku belum piket lagi. Dari kejauhan anak-anak terlihat sedang melakukan persiapan salat Ashar yang selalu berjemaah itu, dengan segera aku lari menuju pesantren.
“Assalamualaikum.” ucapku ngos-ngosan.
“Waalaikum salam.” jawab anak-anak serempak.
Aku segera membawa mukenaku dan segera memakainya.



“Assalamualaikum kek.” Sahutku mengetuk pintu rumah Kakek itu.
“Waalaikumsalam, masuk.” Terdengar suara Kakek menjawab dari kejauhan, dengan segera aku masuk ke rumah dan langsung menghampiri Kakek, terlihat dari ruang tengah yang cukup luas ini Kakek sedang berbaring di tempat tidurnya yang bernuansa zaman dahulu itu.
“Kakek kenapa?” tanyaku menghampiri Kakek.
“Kakek cuma agak pusing sedikit. Fiya mau belajar ngaji sekarang yah?” tanya Kakek balik.

“iya kek, tapi melihat kondisi Kakek begini kayaknya gak jadi deh, Kakek harus istirahat biar pusingnya bisa hilang. Oh iya, Kakek mau dibelikan obat apa sama Fiya, biar Fiya sekarang ke apotek?” tanyaku menawarkan Kakek untuk membeli obat ke apotek, karena aku kasihan sama Kakek yang sudah tidak ada yang mengurus dia lagi.
“gak usah Fi, Kakek udah biasa kok pusing kayak begini, ditidurkan sebentar aja nanti sembuh kok.” sahut Kakek lemas.
“ya sudah kalau begitu Fiya masakin bubur ya kek, biar Kakek makan biar bisa cepet sembuh.”

Melihat kondisi Kakek kayak gini aku semakin tersentuh dengan kehidupannya yang begitu pahit ini, Kakek setiap hari harus merasakan kesendirian, sehingga melakukan aktivitasnya pun tanpa ditemani oleh siapapun. Ya Allah berilah dia ketabahan untuk melewati semuanya. Dengan semangatnya aku membuat semangkuk bubur yang hanya diberi kecap asin sedikit. Dapur yang luas dengan pernak-pernik lumayan berkelas ini membuatku nyaman dalam memasak, ruangannya pun selalu bersih. Memang Kakek yang satu ini meskipun tidak melihat tetapi sangat hidup bersih, Kakek ini pun termasuk orang yang tergolong di atas lah. Meskipun Kakek tergolong kaya tapi Kakek tidak pernah sombong dengan semua yang dimilikinya.

“kek ini buburnya, Fiya simpan di meja yah. Sekarang Fiya mau salat dulu karena adzan sudah bergema.” ku simpan bubur itu di meja dekat tempat tidur Kakek.
“Fiya tunggu, Kakek juga mau wudu. Tolong bantu Kakek berdiri yah.”

Subhanallah, Kakek ini sangat mentaati perintahmu Ya Allah, meskipun badan dia sedang sakit tapi dia tetap menjalankan perintahmu, beda halnya dengan orang lain. Aku membantu Kakek berwudu ke kamar mandi dan kami pun salat berjamaah. Setelah salat berjamaah aku dan Kakek mengaji, sekaligus Kakek mengajarkanku mengaji dengan memakai lagam. Senangnya, ini adalah hari pertamaku belajar mengaji bersama Kakek. Merinding sekali rasanya malam ini mendengar Kakek mengaji ketika sedang mengajariku. Selang 1 jam, ngaji pun selesai, aku segera menyuruh Kakek untuk memakan bubur itu dan kemudian istirahat lagi, biar badannya bisa Vit kembali, dan besok aku akan kembali menjenguk Kakek setelah pulang sekolah.

Pagi yang cerah menyambutku dengan ceria, mengantarkanku ke gerbang sekolah menengah atas yang jaraknya lumayan jauh dari rumah, kira-kira 2 km yah. Matahari bersinar begitu hangatnya, sehingga tubuh pun mengikuti alur hangatnya itu. Terlihat temanku yang sudah berhamburan ke kelas yang bercat ungu itu, aku pun segera berlari menuju kelas itu. Hufttt kesiangan lagi. Hahaaaah.

Tujuh jam berlalu begitu cepat, kini saatnya aku harus pulang dan segera menjenguk Kakek itu kembali. Dengan begitu buru-buru aku segera pulang dengan persaan yang begitu cemas akan keadaan Kakek, gak tau kenapa tiba-tiba aku merasakan kegelisahan yang amat luar biasa. Tak lama aku sampai di rumah Kakek, dan langsung mengetuk pintu dengan begitu keras. Entah kenapa tidak disahut terus, aku pun memutuskan untuk masuk. Tapi ternyata setelah aku lari ke mana-mana Kakek tak kunjung ditemukan.

“kek, Kakek. Kakek di mana? Ini Fiya kek?” aku terus memanggil Kakek sampai ke mana-mana, tiba-tiba ada seorang Ibu yang mengatakan Kakek di rumah sakit karena tadi ada yang menemukan bahwa Kakek jatuh pingsan ketika dia hendak akan ngaji seperti biasanya di luar rumah.

Di rumah sakit. Terlihat di luar ruangan ada Mamah aku yang sedang menunggu, ternyata Mamah aku yang menolong Kakek ke rumah sakit.
“mah, gimana keadaan Kakek, baik-baik saja kan?” tanyaku gelisah.
“Mamah juga gak tahu, sekarang dokter sedang memeriksa Kakek.”
“dengan keluarga Bapak Ake?” tanya dokter yang telah menangani Kakek itu.
“Bapak ake tidak bisa diselamatkan, dikarenakan keterlambatan dibawa ke rumah sakit, penyakit tumornya itu telah menggerogotinya terlalu lama, sehingga tim medis tidak bisa untuk mengobatinya lagi.” Jelas dokter.
“inallilahi wainaillaihirodziun.”

Ya Allah, kenapa mesti begini. Ternyata orang yang sangat mulia di hadapanmu meninggal dengan disertai penyakitnya itu, dia begitu sabar Tuhan. Kenapa engkau mengujinya begitu berat.
“Fiya gak percaya, Fiya baru saja satu hari belajar ngaji sama Kakek mah, kenapa harus secepat ini. Kasihan Kakek mah.” Ucapku pada Mamah dengan air mata yang begitu deras.
“iya Fiya, Mamah juga tidak percaya, orang setabah dan sebaik Kakek Ake bisa meninggal secepat ini.” Tembal Mamah.

Ya Allah rasanya aku bermimpi sangat buruk sekali, ini rasanya mimpi terburuk yang pernah ada dalam hidupku. Tapi lagi-lagi ini bukan mimpi Tuhan. Aku belum bisa percaya ini semua terjadi menimpa Kakek baik hati itu. Ya Allah, sudah pasti penghafal kitab suci itu masuk ke dalam Surgamu Ya Allah. Karena dia telah menunjukkan dengan keterbatasannya, bahwa dia memiliki kemampuan melebihi orang yang sempurna. Amin.

Kini aku tak bisa melihat sang Kakek di depan rumah yang sedang mengaji Al-Qur’an, kini aku tidak akan pernah lagi mendengar suara merdunya itu. Mulai sekarang motivasiku untuk menghafal Al-Qur’an akan ku wujudkan. Bismillahirahmanirrohim.

Cerpen Karangan: Ana Oktaviana
Blog: http://anaoktaviana22.blogspot.co.id
Ana Oktaviana. Ciamis, 22 Oktober 1997
Sekolah: SMA N 1 B Aregbeg
 Sekianlah rangkaian cerpen islami yang dapat admin sampaikan pada kesempatan kali ini semoga bermanfaat dan semoga mendapatkan hikmah dan pelajaran

Monday, December 28, 2015

Kumpulan Cerpen Anak Terbaru 2017

Kumpulan Cerpen Anak Terbaru 2017

Kumpulan Cerpen Anak Terbaru 2017 - Cerpen anak adalah sebuah karangan fiktif yang pada dasarnya tidak berbeda dengan hakikat cerpen maupun sastra fiksi pada umumnya. Cerpen sendiri merupakan sebuah karangan berbentuk prosa naratif dan fiktif dengan konten yang beranekaragam. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan cerita pendek anak hanyalah salah satu jenis cerpen bila dibedakan berdasarkan target usia pembacanya. Umumnya cerita pendek anak menggunakan bahasa yang lebih ringan, lebih imajinatif, lebih menarik, pemilihan kosa kata yang sederhana, tidak terlalu terikat dengan logika serta realita, dan memiliki tema yang sesuai dengan perkembangan anak seperti petualangan dan persahabatan. Dalam cerita pendek anak, tokoh utama bisa berusia berapa saja, asalkan ceritanya sesuai dengan diri anak-anak. Hanya saja, umumnya tetap ada karakter anak dalam cerita pendek yang

Kumpulan Cerpen Anak Terbaru 2017

Cerpen Anak

 

PUTRI PERMEN


Oleh : Nani Asmarani
Ilustrasi : Farid S. Madjib
Tema  : Tentang pertemanan, persahabatan

Namanya Lani, namun di sekolah dia lebih dikenal dengan sebutan Putri Permen. Mau tahu mengapa? Karena dia sangat suka membagi-bagikan permen kepada teman-temannya. Setiap hari dia selalu membawa sekantong permen ke sekolah.
”Bu, mana permen-permen yang akan kubawa?” tanya Lani suatu pagi. Dia kebingungan karena tidak mendapati sekantong permen yang akan dibawa. Biasanya kantong plastik putih berisi permen sudah ada di dekat tas sekolahnya.
”Hari ini tidak ada permen lagi, Lan. Persediaan sudah habis. Nanti siang Ibu akan beli lagi di supermaket,” jawab ibu tak acuh.
”Ah, Ibu gimana, sih! Jika Lani tidak membawa permen pasti teman-teman Lani menjauh. Lani tidak punya teman lagi,” jawab Lani uring-uringan. Wajahnya merah, matanya berkaca-kaca.
”Lho, kamu bisa kan bisa tetap punya teman tanpa harus membawa permen?” kata ibu sambil memandang Lani. Rani cemberut mendengar komentar ibunya. Bulir air mata mulai berjatuhan di pipinya.
”Sudahlah! Ibu tidak sayang aku lagi,” sahut Lani sambil mengambil tas sekolahnya dengan kasar. Tanpa mengucap salam dia pun berlari ke luar.
***





Putri Permen
”Hai Putri Permen, bagi permennya , dong!” Cici, Ita, Nunik, Rino dan beberapa siswa menyambut kedatangan Lani dengan gembira. Lani tidak menjawab. Dia menunduk. Dia sama sekali tak menatap wajah teman-temannya.
”Maaf, Teman, kali ini aku tidak membawa permen. Aku janji besok akan membawanya,” jawab Lani terbata-bata.
”Wah, nggak asyik kalau main sama kamu tanpa mengunyah permen!” komentar Rino.
”Iya, apalagi jika besok tidak membawa, kita cabut saja julukan Putri Permen darinya.” timpal Cici. Lani tak menghiraukan ocehan teman-temannya. Dalam hati dia menyalahkan ibunya yang tidak menyediakan permen untuknya. Kini dia dijauhi teman-temannya.
Pulang sekolah, wajah Lani masih terlihat kusut. Tanpa makan siang dia langsung menuju kamarnya. Dia benar-benar marah kepada ibunya.
”Lan, ayo makan siang dulu!” kata ibu mencoba membujuk Lani. Hening, tak ada jawaban. Ibu lalu menghampiri Lani yang sedang berbaring di tempat tidur. Sebuah bantal menutupi wajahnya. Sekali lagi ibu membujuknya untuk makan siang. Namun Lani tetap bergeming.
”Ayo, nanti makan siangmu keburu dingin. Ada bakwan udang kesukaanmu, lo!” bujuk ibu lagi.
”Tidak mau. Aku kesal sama Ibu. Gara-gara tidak membawa permen, teman-teman menjauhiku. Julukan Putri Permen juga akan hilang jika besok aku tidak membawa permen lagi,” jawab Lani dengan suara keras.
”Besok aku tak mau sekolah jika tak ada permen!” ancamnya. Ibu hanya memandang Lani. Keningnya berkerut memikirkan sesuatu.
Esoknya, ibu masih belum juga menyediakan permen untuk Lani.
”Ibu memang benar-benar tidak sayang padaku!” teriak Lani lalu pergi sekolah tanpa pamit. Ibu memandang Lani dari jauh. Ibu memang sengaja tidak membekali Lani dengan permen supaya Lani mengerti bahwa untuk mempunyai teman tak seharusnya dengan cara itu.
”Hai, itu Putri Permen datang, ayo kita serbu!” teriak Rino. Dia berlari menghampiri Lani diikuti Cici dan Ita.
”Hai Putri, mana permen-permennya, bagi dong?” ujar Cici, Rino, dan Ita serempak. Lani tidak menjawab. Dia langsung masuk ke dalam kelas. Rino dan kedua temannya saling pandang. Mereka mengejar Lani ke kelas.
”Lani, kamu tidak bawa permen, ya? Itu artinya kamu tak mau bertemu lagi dengan kami. Dan kamu bukan lagi Putri Permen,” kata Ita berapi-api. Lani tetap diam. Matanya menatap serius puisi di kertas yang digenggamnya.
Hari itu Bu Irra, guru Bahasa Indonesia di kelasnya akan menilai kemampuan seluruh siswa dalam membaca puisi. Yang terbaik akan diikutsertakan dalam lomba membaca puisi antar sekolah. Keadaan kelas begitu hening ketika pembacaan puisi dimulai. Bu Irra menilai dengan seksama setiap siswa yang tampil. Lani mendapat tepukan riuh saat selesai membaca puisi. Bahkan ketika hasil penilaian diumumkan Lani yang terpilih sebagai pemenang. Wow, Lani merasa senang sekali. Dia dikerumuni teman-teman sekelasnya yang memberinya ucapan selamat.
”Selamat ,ya, Lani, bagus sekali caramu membaca puisi tadi!” kata Indah dan Tari. Lani tersipu dipuji seperti itu.
Sejak saat itu Lani semakin dikenal di sekolahnya. Temannya pun semakin banyak. Mereka ingin berteman dengan Lani buka karena Lani memberi mereka permen , tapi karena dia pandai membaca dan menulis puisi. Lani kini mengerti mengapa ibu tidak lagi membekalinya permen.

Suara Merdeka, 27 Januari 2013
Anjing dan Bayangannya

Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.
======

Pemerah Susu dan Embernya
Seorang wanita pemerah susu telah memerah susu dari beberapa ekor sapi dan berjalan pulang kembali dari peternakan, dengan seember susu yang dijunjungnya di atas kepalanya. Saat dia berjalan pulang, dia berpikir dan membayang-bayangkan rencananya kedepan.
"Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya," pikirnya menghibur diri, "akan memberikan saya banyak cream untuk dibuat. Saya akan membuat mentega yang banyak dari cream itu dan menjualnya ke pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya, saya akan membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah kelihatannya apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan ayam-ayam muda yang sehat. Pada suatu saat, saya akan menjualnya, dan dengan uang tersebut saya akan membeli baju-baju yang cantik untuk di pakai ke pesta. Semua pemuda ganteng akan melihat ke arahku. Mereka akan datang dan mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!"
Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia menganggukkan kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya jatuh ke tanah, dan semua susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah, dengan itu hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam, baju baru beserta kebanggaannya.
Burung Gagak dan Sebuah Kendi
Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.
Seruling Ajaib
Matahari bersinar dengan teriknya. Dimas, Bagas, Satria, dan Ludvi berjalan pulang sekolah menuju rumah Ludvi. Mereka akan mengerjakan tugas kelompok. Saking panasnya, Bagas mengeluh,
“Mataharinya panas banget. Dimas, jajanin es dong.”
“Iya nih. Traktirin, ya… Please…” Satria memasang muka memelas.
“Ah, teman-teman, bentar lagi juga nyampe rumahku. Ntar begitu nyampe aku bikinin es teh, apa es jeruk, es buah, es sandal, terserah deh!” kata Ludvi sambil mengelap keringatnya.
Nampak sebuah mobil, ternyata mobil Doni.
“Hai kawan-kawan!” sapa Doni membuka jendela mobil. “Cepetin jalannya, ya. Dadahh…” seru Doni.
Dimas hanya sebal. “Huh, makanya ajak kami juga dong!”
Sahabat-sahabatnya hanya ikut bersungut-sungut.
Tibalah mereka di rumah Ludvi. Benar, Dimas, Bagas, dan Satria disuguhi minuman es.
“Eh, mana es sandalnya?” canda Dimas
“Ih… Dimas, kamu mau? Sana ambil sandalnya Ludvi. Sana…” sahut Satria bercanda. Mereka tergelak.
Satu jam kemudian, tugas mereka telah selesai.
“Horee… Selesai. Main yuk!” ajak Ludvi senang.
“Ayo ayo,” balas Bagas mewakili sahabat-sahabatnya.
Mereka bermain petak umpet di lapangan. Tiba-tiba, datanglah pembuat onar. Ada Rifki, Abel, Rizal, dan Izzul.
“Heh, kalian. Ngapain main di lapangan kami?!” seru Rifki.
“Ini kan bukan lapangan kalian sendiri!” balas Bagas tak terima.
“Kalo gitu, masing masing beri Rp 5.000,00 ke kami!” kata Izzul.
“Ya nggak bisa,” sahut Dimas tidak terima juga.
Rifki mendorong Dimas hingga terjatuh dan terluka, lalu meninggalkannya. Teman-teman Dimas mengerubungi Dimas.
“Dimas, kamu nggak kenapa napa, kan? Ayo kuobati,” Bagas khawatir.
“Nggak apa kok. Cuma sikuku berdarah.” Dimas menatap lukanya. Namun ia merasa menduduki sebuah benda silinder.
“Ooh… seruling!”
Sahabat-sahabatnya mengerubungi. Dimas memainkan seruling, seketika lukanya sembuh. Semua kaget dan heran,
“Hah?! Lu… lukanya?” Bagas tergagap.
“Mainkan lagi,” pinta Satria.
Dimas melakukannya. Tumbuhan yang tadinya layu menjadi subur.
“Kita harus merahasiakan ini,” kata Ludvi pelan.
Namun Rifki dkk. telah mendengarnya. Mereka sembunyi di balik pohon besar.
“Kita harus mencurinya,” bisik Rizal.
“HARUS BRO!!” seru Abel.
“Diam Bel! Kedengeran nanti” bisik Izzul agak kesal. Tapi, Satria sudah mendengarnya.
“Ada yang mau mencuri seruling ini. Ayo sembunyikan!”
Mereka berlari ke rumah Ludvi. Rifki mengerjar. Namun malah di culik oleh seorang penculik. Kawan-kawannya berteriak.
“RIFKI!!!”
Ludvi yang masih di teras rumah mendengar. Segera ia mengajak teman-temannya menolong.
“Teman-teman, sepertinya Rifki sedang dalam bahaya. Ayo kita tolong!”
“Buat apa sih, Lud? Dia kan udah jahat sama kita!” bantah Bagas kesal pada Rifki dkk. Namun, akhirnya Bagas masih berbelas kasihan. Mereka tiba di lapangan.
“Ada apa dengan Rifki?” tanya Satria bingung.
“Rifki di culik,” sahut Abel sedih. Tak jauh dari situ, Nampak seorang menaiki mobil, ternyata itu penculik Rifki. “I.. itu penculiknya!” seru Rizal marah.
“KEJAAR…!!!” teriak ketujuh anak itu berlari.
“Dimas, seruling!” sahut Izzul sambil berlari.
“Oh iya!” balas Dimas mengeluarkan seruling ajaib dari sakunya.
Dimas memainkannya. Dan seketika itu, sang penculik terangkat ke atas.
“Huwaa… apa ini? Tolong aku! Cepat!” penculik ketakutan
“Serahkan teman kami! Lalu kami lepaskan.” kata Ludvi geram.
“Ya! Baik baik! Aku janji tak akan menculik anak anak lagi. Sekarang turunkan aku.”
“Janji ya!” tegas Izzul menatap tajam penculik.
Dimas berhenti memainkan serulingnya. Sang penculik kabur. Sebelumnya, ia menyerahkan Rifki. Rifki terlihat sangat lega.
“Te… teman teman, makasih ya, sudah nyelamatin aku. Ng… Dimas, dan kawan-kawan, makasih banyak udah nolong aku. Padahal kami sudah jahat sama kalian. Dan maafin kami,” ujar Rifki tulus. “Mau ga jadi sahabat kita?”
“Tentu saja mau, kawan!” Dimas mewakili teman-temannya sambil merangkul Rifki.
Tiba tiba ada anak berlari menghampiri Dimas dkk.
“Hei, kalian yang di sana!” panggil anak itu.
Lalu ia berkata pada Dimas, “Itu seruling milikku. Tolong kembalikan.” serunya sopan dan ramah.
Dimas dan yang lainnya terkejut. Ternyata itu milik anak itu. Dimas memberikan seruling itu ke anak itu yang tadinya seruling itu Dimas genggam.
Anak itu menatap serulingnya.
“Ini peninggalan dari kakekku. Tadi aku membawanya ke sini, ternyata terjatuh. Makasih, kalian sudah menemukannya.”
Sambil memberi senyum, anak itu memperkenalkan dirinya.
“Hai, namaku Novan!” katanya sambil mengulurkan tangan.
Bergantian mereka berkenalan. “Aku Dimas.” “Aku Rifki.” “Bagas.” “Satria.” “Abel.” “Rizal.” “Izzul.” “Aku Ludvi.”
Abel sambil menyengir, ia berkata
“Mau kan Novan jadi sahabat kita?”
Novan tak menyangka, ia senang sekali. Tak ragu ia mengiyakan.
“Mau dong! Aku kan suka punya teman banyak!”
  
Pandu dan Pandi adalah anak yang sangat ceria, mereka tinggal di Desa Jingga. Mereka kembar, teman-teman mereka adalah Nuddin Azzkhalin, Jarot autta, Aussy, Essa, Cessa, Sessa, dan Witrya Aurynea. Mereka semua adalah sepupu Pandu dan Pandi. Pandu dan Pandi akan mengajak mereka bermain di pondok pohon mereka, pondoknya berada di atas pohon. Dengan lincah Pandu dan Pandi naik ke atas, sepupu mereka segera menyusul. Di pondok mereka ada banyak buku, pastinya buku yang sangat diidamkan para kutu buku. Aku pun mengidamkannya tapi tidak bisa.
Nah, Pandi dan Pandu mulai memberi pertanyaan lucu buat mereka.
“apa yang di luar hitam di dalam putih?” Tanya Pandi disertai gelak tawa Pandu.
“Apa ya? hmm…” Seru mereka.
“Kue Tart susu!” Ujar Aussy.
“Bukan!” Sahut Pandi, lagi-lagi Pandu tertawa.
Karena kesal Aussy berkata, “apaan sih, Kak Pandu tertawa sendiri!” Timpalnya.

“Hmm… menurutku kertas hitam melapisi kertas putih! pasti betul kan?” Sahut Nuddin dengan percaya diri.
“Salah!” Ucap Pandu dengan tertawa.
“Menyerah!” Ucap Jarot dengan angkuh.
“Huh, udah menyerah masih sombong” ucap Essa dan teman-teman sambil tertawa. Satu-persatu menjawab, tapi mereka salah.
“Mau tahu jawabannya?” Tanya Pandi.
“Mau,”

“Tempe” Ucap Pandu.
“Eehh… kamu ini! Hmmm.. jawabannya..” Sahut Pandi membuat teman-temannya penasaran.
“Apa?” Tanya mereka.
“1… 2… 3… Jawabannya adalah ‘Gigi Orang Afrika’ begini biasa kan orang afrika kulitnya Hitam mengkilat saat senyum giginya terlihat Gigi Pepsodent super putihnya!” Ucap Pandi disertai tawa mereka.

“Trriiing!” Bel berbunyi.
Pandi dan Pandu dan teman-teman pun turun. Apa yang mereka lakukan? Pandi dan Pandu dan teman-teman pulang ke rumah, rumah Pandi dan Pandu adalah rumah yang sangat besar dan dijadikan tempat panti asuhan, jadi jangan salah paham Pandi dan Pandu yang punya rumah.

“Mama, Papa, sarapannya apa?” Tanya Pandu dan Pandi.
“Kesukaan kalian dan anak-anak” jawab Mama.
“Azzka, Essa, Pandu, Pandi nanti kalian pergi beli Bunga dan beberapa pohon ya! kalian yang pilih. Nanti kalian perginya diantar Pak korin” sahut Papa.
“iya pa” ucap Pandu dan Pandi.
“Siap banget, paman!” Ucap Azzka dan Essa.
Selesai makan, mereka siap-siap pergi.
“Wah, bunga azzalea-nya bagus, perpaduan dengan pohon yang itu aja ya!” Diskusi mereka.

Setelah 15 menit, mereka pun pulang. Keesokannya.
“hari ini adalah hari dimana kalian harus ikut Paman Wicky pergi ke Jakarta, sekolah yang rajin ya!” Ucap Papa dan Mama.
“Bye-bye,” sahut mereka. Mereka akan pergi ke Jakarta untuk menuntut ilmu. Pandu dan Pandi dan sepupu mereka sekolah sampai 19 tahun kemudian, mereka pulang dan mereka telah selesai Sarjana.

Cerpen Karangan: Marisa
Facebook: Marisa Ling
Namaku Marisa aku adalah anak yang cantik, selanjutnya add facebook aku saja ya, Marisa Ling, aku berjualan online shop… Jangan salah!
Baca Juga : Kata Kata Mutiara

Tuesday, December 22, 2015

Kumpulan Cerpen Romantis Menyentuh Hati Terbaru 2017

Kumpulan Cerpen Romantis Menyentuh Hati Terbaru 2017

Cerpen Romantis Terbaru 2017 - Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosanaratiffiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis
Cerpen Romantis

Cinta Yang Pergi

Halo... Terkadang seorang sahabat atau pacar jika sedang didekat kita dia adalah seorang yang biasa, tapi ketika orang itu pergi dan jauh dengan kita maka kita akan merasakan bagaimana rasa cinta dan rindu terhadapnya. Pembaca loper-koran, admin mau bagi-bagi cerpen cinta romantis yang ditulis dan dikisahkan dari teman kita Yana Rivanika.

Hai teman, nama aku Yana Rivanika... Gue sekolah di SMAN 1 bandung... Gue kelas XI IPA sekarang... Gue punya pacar nama.a Rafael Landry Tanubrata... Mulai tgl 27 Mei 2010.. Gue punya rahasia.. Gue punya penyakit Leukimia dan ngga ada yg tau klo gue sakit Cuma yang tau bisma sahabat gue... Udah sampai disitu dulu ya perkenalannya...

*Senin, Januari 2016..

“Adouh hari senin..” Gue ngeluh pada Bisma...

“Loh emang npha Van...??” kata Bismaaa....

“Gue malas bgt hari nii... Pelajaran jua buat bete..” keluh ku...

“Loh bkn.a kam rajin ya hari senin ...??”

“Ah klo mingu nii malasssss....!!!!” Keluhku makin paaaaannnnjjjaaaannnggg....

“Iyaaaa deeehhh...”

“Van... Vaniii...” teriak cowok yang sedang lariii ....

“Iya sayang ... knpaaaa???...”

“Ntar dulu masih cape...”
“Sabar.... Tarik nafas.. buang...” kata ku sambil mengelus pundak cowo yang gue cinta itu...

“Udah... Sayang ku ini... Knpa kda nunggu aku... Jadi bete kan...” cerutus Rafael..

“Iya deh.. Klo gtu aku deh yg traktir hari ini..”

“Bener??” rafael memastikan...

“Iya...”

“Adouh aku deh yang dikacang’n... klo gtu aku ke kelas dlu ya Van , Raf..”

“Iya maaf yaaa...” Kata kami berduaaaa....

Setelah Bisma pergi kami jadi berdua deh ...

“Sayang...” rayu rafael

“Yaaaaa” kata aku..

“Nanti kita ke suatu tempat yaaa..?”kata rafael sambil mengelus rambut ku...

“Oke.... Tapi jam brapa yang..??” tanya ku ke rafael

“Jam 7 ya sayang,...”kata rafael..

Teng...teng..teng.. Bel pelajaran berbunyi... Aku dan rafael kembali ke kelas.. setelah beberapa pelajaran.. bel pulang pun berbunyi... aku langsung pergi ke parkiran..

Ka’ogan selalu jemput aku tepat waktu..

“Van.. Vani...” Ka’ Ogan panggil aku sambil melambaikan tangan.a..

Aku langsung mendatangi ka’Ogan..

“Sory ya kak tadi lama soal.a tadi aku dipanggil guruku...” bohongku pada ka’ogaan..

“Iyaaa.. cepat masuk.. Kakak mau latihan nii sama anggota sm*sh yang lain...” Kata ka’ogan..

“Siap bosss...”

@perjalanan..
“Kaaaa... Kalo misal.a aku pergi kakak sedih gaaa...??” kata ku yang langsung nyeplos....

“Ngomong apa sih kamu deee... pastilah kakak sedih.. jangan ngomong gitu lagi yaaa... Kaka gg mau kamu sakit atau apapun.. Cuma kamu yang kaka punyaaa...”

“Iya kak maaf yaaa... Kak boleh gg aku ikut liat kakak latihan.. Kan ada rafael juga kan...?”

“Iya boleh.. Udah kaka siapkan baju ganti km..” Sambil menunjukan baju yang baru kak ogan beli..

“Makasih kak..”

@Tempat latihan..

“Aduh lama banget sih lo gan... Gue lama nunggu tau...!” cerutus Rangga dan reza...

“Sory gue baru jemput Vani...” sambil minta maaf..

“Jangan marahi kk ku gtu donk.. kalian enak gg punya adik...”kataku dengan jutek..

“Iya deh..”

“Loh mana rafael??..” kata aku sambil liat sekeliling..

“Dia masih di WC..”

“Eh ada sayang..” kata rafael keluar dari wc..

“Iyaaa.. aku nunggu kk latihan..kamu latihan yang semangat yaaa..” kata ku sambil nyemangati rafael..

“Okheee...”

Setelah satu jam, Mereka telah selesai latihan...

“Deeee...” ka ogan membanguni..

Tapi Vani gg bangun* jugaaaa... Hingga rafael datang..

“Sayang.. bangun ...”

Tapi tetap vani gg bangun... datang Dicky... dia memeriksa denyut nadinyaaa...

“Eh nii cepat bawa ke rumah sakit.. Denyut nadi.a mulai melemah...” kata dicky memperingati morgan

@perjalanan ke rumah sakit..

“Sayang jangan tinggalkan aku donk... Kamu janji nanti malam kita pergi ketempat yang ku bilang..” nagis rafael..

Semua anggota sm*sh ikut pergi ke rumah sakit dengan mobil ka’ogan..

“Gan, Raf... Gue mau bilank sesuatu..” Kata bismaaa..
“Ngomong apa bis?..”
“Tapi maaf’n gue ya.. gue gg bilank ke kalian... Sebenarnya Vina pernah bilank ke aku kalo dia sakit LEUKIMIA...” kata bisma sambil menundukkan kpala..

“Haaaahhh...”kaget smua di dalam mobil..

“Koq bisa sih bis... Lo gg kasih tau gue...” kata Ogan...

“Kata Vani dia gg ada yang boleh tau ttg penyakitnyaaaa....
“pantas tadi Vani ada rada aneh... Dia bilank ke gue klo dya pergi gue nagis gg...”

“Ah kalian semua jahat ama gue... Knapa gg ada yang mau jujur...” Kata rafael yang sambil nangis...

“Sabar raf... Pasti gg ada yang terjadi aneh* dg vani...” kata Rangga menenangkan...

@Rumah sakit..

Vani dibawa rafael ke ruang dokter...

“Dok tolong sembuhkan vani sayangku ini dok.. Jangan sampai dia pergi..” histeris rafael..

“Sabar nak biar gadis ini kami tangani dulu..”

“Gmna raf dokter dah periksa vani..??” kata ka’ogan

“Belum dia lagi diperiksaaa...”

Rafael mondar-mandir di depan kamar Vani...

“Raf, lo duduk deh...” kata dicky..

“Iyaaa kita berdoa ajha biar gg ada yang terjadi ke Vani..”

Dokter keluar dan mendatangi kami...

“Gimana dok dengan adik kami...??” kata Ilham

“Maafkan kami deee.. Kami sudah melakukan yang terbaik...

Rafael masuk dan membuka selimut yang hampir menutupi wajah cantik.a yang sudah pucat...

“Sayang bangun... jangan bercanda donk..”

“Mavb dek.. Nak vani dah tiada..”

@Pemakaman Vani

Pemakaman telah usai dan semua orang yang nganterin vani telah pulang tinggal Rafael dan Anggota SM*SH yang lain.. gue masih menangis di depan batu nisan yang bernamakan Yana Rivanika..

“Raf ada sesuatu yang ditinggalkan Vani... Kami tinggal dulu yaaa...”kata morgan sambil mengajak kawan* yang lain agar meninggalkan rafael sendiri..

ISI SURAT:

“Rafaelku sayang .. maaf’n aku yaaa... mungkin setelah engkau buka surat ini aku tlah tiada .... Tapi yakinlah selama ku hidup dan menjalani kisah cinta dengan mu itu paling buat ku lebih berharga di dunia ini...Satu tahun jalani cinta dengan ku lebih indah.. Maaf’n aku jga jika ku tak memberi tau ttg penyakit yang aku deritaaa.... Aku tdk mau kalo kamu iba dan perhatian ke aku dengan berlebihan itu yang buatku risih... Rafael meski ku telah tiada ku akan tetap mencintaimu lebih dari apapun.. Klo kamu mau cari pengganti ku silahkan karna ku telah mengecewakan mu... I LOVE YOU Rafael untuk selalu dan selamanya...”

Rafael nangis dan bilank kata terakhirnya..

“Van.. Lo tidak mengecewakan ku... Ku akan tetap menyayangimu selalu..” sambil mencium batu nisan Vani untuk terakhir kalinya.

********TAMAT********

3 Hari Menuju 17 Tahun



“Andreee bangun sudah jam berapa ini”

Terdengar suara mama dari luar kamar andre yang membangunkan dirinya dari tidur lelapnya.

“Iya maaa Andre udah bangun kok”, sahut andre dengan suara yang masih terbata-bata, tidak menghiraukan perkataan mamanya , Andre pun melanjutkan tidur sembari menutupi tubuhnya dengan selimut tebal kesayangannya.

Hari ini tanggal 10 Agustus, jam menunjukkan jarinya ke pukul 8, matahari pun telah terbangun untuk menunjukkan keperkasaannya menerangi dunia ini. Namun, Andre tetaplah Andre, remaja yang dilahirkan 17 tahun silam ini masih mendengkur keras seakan waktu masih jam 12 malam.

“Ddddddrrrtttt”, tak berselang beberapa lama, terdengar suara getaran handphone dari sudut kasurnya Andre pun mengambilnya yang masih setengah sadar.

Pada layar pun muncul alarm pengingat yang dibuatnya setahun yang lalu yang bertuliskan ‘Ulang Tahun Wini 17 tahun, 3 hari lagi’ tulisan itu mengagetkannya karena wanita yang ia sayangi berulang tahun 3 hari lagi namun Andre belum ada persiapan apapun untuk memberinya sureprise. Wini adalah kekasih Andre, mereka berpacaran sudah 2 tahun lamanya, manis pahitnya kehidupan mereka telah dilalui dengan penuh kesabaran, Andre berencana untuk membelikan sesuatu untuk kekasihnya itu. Andre pun mencari dompet kusam miliknya yang mungkin dapat memberinya harapan.

“Dompet …. dompet dimana kamu berada”, ucap Andre sendiri sembari mencari nya di sudut-sudut kamar.

“Nah, ini diaa penolongku”, ucap andre kegirangan yang telah menemukan dompetnya di saku celana yang terdapat di pintu kamar.

Dibukanya dompet itu dengan penuh rasa harap,

“Yaaaah, Cuma selembar uang 50 ribu nih gawaaaaaaaaattt …” teriak Andre tak sengaja karena penolongnya itu tak seperti yang ia mau. Teriakan tersebut didengar oleh mama yang sedang membersihkan teras depan.

“opo sing gawat le? Ojo medeni” tanya mama dengan logat jawa yang masih kental. “eeennngg.. gak ada apa-apa kok ma” canda Andre. “ya udah sana mandi biar segar tuh badan mu le”, pinta mama.

Tanpa menjawab pertanyaan mama itu Andre bergegas mengambil handuknya dan pergi kebelakang, bukannya ke kamar mandi Andre malah membuka tudung saji yang dilihatnya kosong.

“ma?”, panggil Andre kepada mamanya.

Ia le, ada apa ? mama lagi sibuk ni”, jawab mamanya lembut.

“Di meja makan kok gak ada makanan, andre lapar ni belum sarapan, tanya Andre dengan manjanya yang masih berselimutin handuk di lehernya.

“Loh, kan lagi puasa sekarang, kamu masih mimpi ya nak”, jawab mamanya terkejut mendengar perkataan mendengar perkataan anaknya. “ Ya ampun ma Andre lupa kalo hari ini bulan Ramadhan” jawab Andre dengan ketawa kecil.

“Ya udah sekarang kamu mandi terus sholat duha yaakk”, suruh mamanya dengan cepat serambi merangkul anaknya menuju ke kamar mandi.

Pagi itu dimulai dengan kekonyolan Andre yang lupa bahwa sekarang bulan ramadhan, Andre sangat bersyukur mempunyai orang tua yang perhatian kepadanya, walaupun ia sangat manja namun mamanya begitu sabar dan selalu mengingatkannya.

Jam menunjukkan pukul 10 matahari masih diantara 50° kemiringan bumi. Burung-burung telag kembali ke sarangnya untuk beristirahat sejenak untuk kembali berburu di siang harinya.

“Dddddddrrrrttt…”, Suara terdengar dari kantong celana yang dipakai Andre, Andre pun merogoh koceknya untuk meraih hpnya.

“Hallo Andre, posisi lagi dimana ?”, terdengar suara dari ujung telpon.

“iya ron, aku lagi di rumah ada apa”, jawab Andre dengan suara yang lesu.

“ke rumah aku laaaah, aku sendiri di rumah nih”, ajak Roni

“aduh ron, aku lagi males ron, aku lagi bingung juga ni mau buat apa untuk 2 hari lagi”, jawab Andre dengan perkataan yang sulit di pahami maksudnya.

“maksudnya apa ni ndre?, untuk ulang tahun Wini yaa?, udahlaah kesini aja dulu ndre, nanti pasti dapat inspirasi”, pinta rony dengan penuh rasa harap.

“ok laah”, jawab andre singkat.

Ketika diperjalanan Andre terus melirik kiri dan kanan berharap mendapatkan inspirasi kado buat kekasihnya itu. Tiba di rumah Roni, terlihat dari jendela rumahnya Roni sedang bermain drum keseyangannya. Belum sempat memberi salam Roni sudah sadar Andre memperhatikannya dari tadi.

“Masuklah ndre, ngapain ngintip-ngintip kayak mau maling aja, gak ada orang kok”, ucap Roni sambil membukakan pintu.

“gimana nih, ron aku belum ada persiapan buat ultahnya wini, kasih lah saran buat aku”, tanya Andre dengan tidak basa basi.

Roni yang tidak menjawab karena asyik memainkan drumnya membuat Andre bosan dan kecewa, dibukanya laptop yang ada di kamar roni dan mencoba searching di internet. Web demi web dibuka, namun Andre belum juga menemukan kado yang cocok untuk ualng tahun kekasihnya itu. Waktu pun berjalan dengan cepat sampai adzan dzuhur pun berkumandang. Andre bergegas untuk pergi ke masjid namun masih tergulai lemas setelah bermain drum.

Ketika Andre pulang dari masjid, ia melihat Roni sedang melihat video film pendek salah satu toko makanan. Terbesit dihatinya untuk membuat film pendek yang bercerita tentang usahanya memberikan surprise untuk kekasihnya itu. Diceritakanlah ide yang tidak sengaja terbesit tadi kepada Roni.

“Gimana kalo kita buat film aja ron untuk kado wini, daripada cari uang gak jelas kayak gini?”, cetus Andre spontan.

“Ide bagus tuh ndre, aku juga lagi mau nge-test kamera aku nih, baru di service nih kemarin”, jawab Roni dengan penuh keyakinan.

Tanpa berpikir panjang 2 sijoli itu membuat konsep dan sketsa untuk mengambil gambar untuk video tersebut. Lapar dan haus mereka lupakan sejenak untuk membuat video ini maksimal.

Jam menunjukkan pukul 3 sore namun konsep itu belum sempurna, tiba-tiba datang teguh dengan membawa stik drum yang ingin ia kembalikan.

“pada sibuk apa nih, keliahatannya seru…”, tanya teguh sambil meletakkan stik drum di samping Roni.

“mau buat surprise nih guh untuk istrinya Andre”, canda Roni.

“oh gitu, coba sini aku bantu, dulu juga aku pernah buat ginian untuk ulang tahunnya si Desta jadi ya mungkin aja aku bisa kasih ide cemerlang”, kata teguh sambil mengambil konsep setengah jadi yang telah mereka buat.

Teguh yang aslinya penyuka film tidak menemukan kesulitan menyelesaikan dan menyesuaikan konsep film yang Andre inginkan. 15 menit berlalu teguh pun telah siap membuat konsepnya. Mereka pun membagi tugas apa-apa saja yang mereka harus siapkan untuk keesokan hari ketika shooting dimulai.

Matahari belum menampakkan cahayanya, namun Andre telah bangun dari tidur lelapnya, Andre bergegas untuk sholat dan mempersiapkan pengambilan shooting sunrise.

Bertemulah 3 sijoli itu di tempat yang sudah mereka konsepkan kemarin, shooting pertama Roni mengambil fokus kamera untuk mendapatkan sudut relasi yang apik. Karena pengambilan sunrise membutuhkan waktu berjam-jam, mereka menikmati udara pagi yang masih alami hingga mereka pun tertidur.

Andre yang terbangun mencoba membangunkan mereka, karena hari sudah mulai terang,

“hey hey banguuun udah siap tuh shoot sunrisenya”, teriak andre sambil menggoyang – goyangkan kaki mereka.

“hmmm… iyaa ya aku dah bangun ni”, jawab mereka serentak.

Mereka pun melanjutkan shooting ke pelabuhan internasional sekupang, untuk mengambil gambar Andre yang seakan baru datang dari kota lain ke kota Batam hanya untuk bertemu Wini kekasihnya. Jam demi jam telah mereka lewati hingga menguras tenaga mereka. Mereka belum menemukan rintangan yang cukup berati di hari pertama ini.

“Andre, bangun nak sahur dulu sayang”, Seseorang memanggilnya dari luar.

“iyaa bentar lagi Andre ke meja makan”, jawab Andre sambil membereskan bantal dan selimut yang berserakan karena tidurnya.

Andre yang tidak biasa sahur membuatnya hanya minum teh hangat buatan mamanya, namun itu sudah membuat tenaganya terisi untuk kembali shooting terakhir nanti.

Alarm sirine masjid telah dibunyikan tanda dimulainya puasa, Andre segera mengambil sarungnya dan pergi kemasjid bersama papanya. Sepulangnya dari masjid Andre mencoba berolahraga sejenak untuk mengilangkan rasa penat karena seharian shooting kemarin.

Hari ini tanggal 12 agustus, itu artinya mereka hanya punya waktu 1 hari lagi untuk menyiapkan kado ulang tahun tersebut, dengan bermodalkan ilmu yang minim dan waktu yang singkat mereka mencoba membuat video yang maksimal. Hari ini giliran Andre yang melaksanakan konsepnya, ia ingin membuat lagu spesial untuk dinyanyikan di akhir video tersebut. Andre yang tidak berbakat dibidang seni musik mengambil inisiatif untuk membuat nada petikan gitar yang seiring dengan nyanyian lagu ‘selamat ulang tahun’.

Tepat jam 11 siang Roni dan Teguh datang ke rumah Andre untuk membiacarakan konsep video yang telah mereka siapkan. Masuklah mereka ke rumah Andre dan mereka duduk melingkar layaknya sedang rapat.

“pokoknya video ini harus selesai hari ini juga karena besok sudah hari H-nya”, perintah Andre dengan cukup tegas.

“kalo itu aku pun tau lek, tapi apa lagunya udah siap ?”, tanya Teguh dengan logat palembang yang masih khas.

“yaa jelassss lahh guhh,,,” jawab Andre panjang.

“Jelas apa dulu ni, udah atau belum ?”, kata rony untuk memperjelas jawaban itu.

“seloow aja kawan udah kok, tinggal kapan kita shooting aja”, cetus Andre bersemangat.

“Ayoook sekarang tapi baterai kamera aku low nih, aku cas dulu yaa”, sahut Roni.

Selagi menunggu baterai kameranya terisi mereka menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan pada saat shooting itu. Singkat cerita, semua berjalan sesuai keinginan hingga waktu menunjukkan pukul 8 malam. Roni dan Teguh satu per satu pulang kerumah, tersisa Andre yang sedang mengotak-atik semua hasil shooting mereka 2 hari ini.

“cek..cek..cek”,

Bunyi jarum jam yang menemani Andre ketika ia mengedit videonya itu, jari jam telah menunjukkan pukul 11 namun editan video itu masih belum selesai, sampai akhirnya video itu pun selesai pada jam 12 tepat.

Tak lupa Andre mengirim SMS kepada Wini untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan berharap ia menjadi orang pertama yang mengucapkannya. Andre pun tidur dengan harapan besok adalah hari yang cerah untuk mempermudah surprisenya itu.

Tanggal 13 Agustus, hari yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba, terlihat fajar tidak menampakan sinarnya karena tertutup dengan awan kumulus gelap.

“bisa hancur nih rencana, kalo hujan”, ujar Andre sendiri.

Menunggu Hujan reda Andre SMSan dengan Wini kekasihnya, untuk mengajaknya buka puasa berdua di tempat yang telah Andre persiapkan sebelumnya. Rupanya Tuhan Mengabulkan Do’a Andre, jam 3 Sore hujan berhenti dan Andre pun bergegas ke rumah Wini untuk menjemputnya.

Ketika dalam perjalanan kami bersenda gurau dan bersenang-senang, ketika sampai direstaurant yang telah Andre siapkan. Alunan live musik menyambur pasangan itu bak pengantin. Mereka duduk berhadapan dan menikmati makanan yang telah di pesan.

“Rupanya kamu romantis juga ya pi”, goda Wini dengan panggilan sayangnya itu.

“ya jelaslah sayang”, jawab Andre dengan senyuman kecilnya.

Waktu pun berlalu ketika hendak pulang, Andre menahan Wini untuk melihat video yang telah dibuatnya berserta 2 sahabatnya 3 hari yang lalu. Kami melihatnya dengan hikmat. Sesekali wini Tersenyum melihat video itu.

Setelah selesai menonton wini menatap Andre dengan senyuman lesung pipitnya yang menawan.

“Terima Kasih ndre, untuk semuanya ini, video ini bukanlah kado terindah untukku, tapi kamu yang mau hadir mewarnai hidupku menjadi kado terindah untukku”, ucap Wini yang tak sengaja meneteskan air matanya tan rasa haru.

-Selesai-
Karya : Andre Nurrohman
Demikian informasi Cerpen Romantis yang dapat admin sampaikan, Semoga Bermanfaat ,,,,,,,,,!!!!!!! 
Baca Juga : Kata Kata Mutiara